Sabtu, 08 Januari 2011

ASD & LRFD

ASD yang tercantum pada code 2005 agaknya mempunyai definisi yang berbeda dibanding code 1989 dan sebelumnya. Menurut code 2005 definisi ASD dan LRFD adalah sebagai berikut
Load and Resistance Factor Design (LRFD): The nominal strength is multiplied by a resistance factor, and the resulting design strength is then required to equal or exceed the required strength determined by structural analysis for the appropriate LRFD load combination specified by the applicable building
code.
Allowable Strength Design (ASD): The nominal strength is divided by a safety factor, and the resulting allowable strength is then required to equal or exceed the required strength determined by structural analysis for the appropriate ASD load combination specified by the applicable building code.

Karena sama-sama memakai nominal strength maka sebenarnya konsep perencanaannya sama, hanya beda soal resistance factor dan safety factor saja. Juga tentunya load combination yang dipakai. Meskipun ketiga faktor tersebut berbeda, tetapi keduanya telah dikalibrasi agar mempunyai tingkat keamanan yang sama terhadap suatu kondisi pembebanan yang tertentu, khususnya terhadap pembebanan tetap dengan konfigurasi LL = 3 * DL . Beban hidup besarnya tiga kali lipat beban mati. Jadi jika dipakai untuk kondisi beban tersebut, keduanya (ASC dan LRFD) akan menghasilkan nilai yang sama persis.

Sekarang berbicara tentang ASD lama, sebelum tahun 2005.

Kalau konsep ASD yang lama, yang biasa dipakai adalah mengacu pada perencanaan elastis, yaitu memastikan semua tegangan yang terjadi di bawah tegangan ijin. Adapun yang dimaksud dengan tegangan ijin adalah tegangan leleh dibagi dengan safety faktor.

Lha jelas itu beda banget. Tahu nggak bedanya ?

Perencanaan elastis berarti hanya memperhitungkan kondisi elastis saja, yaitu tegangan-tegangan di bawah tegangan leleh baja (fy). Sedangkan nominal strength tidak hanya kondisi elastis (fs < fy), tetapi juga telah memperhitungkan tegangan ultimate baja (fu).

Perbedaan konsep tersebut tidak ditujukan pada masalah “irit yang mana”, tetapi lebih dari itu. Bahwa nominal strength sudah memperhitungkan kondisi batas, kondisi maksimum yang dapat diberikan suatu penampang yang berada di luar batas elastis. Tepatnya bahwa kondisi in-elastis juga telah diperhitungkan di LRFD, sedang ‘ASD lama’ belum.

Apa untungnya suatu code telah memperhitungkan kondisi in-elastis ?

Dengan memperhitungkan kondisi in-elastis maka perilaku keruntuhan struktur dapat dideteksi terlebih dahulu, apakah perilakunya daktail atau tidak. Kondisi tersebut sangat penting untuk mengantisipasi adanya beban tak terduga, yang mungkin saja bisa terjadi, contoh yang umum adalah beban gempa, blasting (ledakan) dan sebagainya.

Jadi LRFD dibanding ASD yang lama memang mempunyai keunggulan terhadap beban-beban tak terduga. Itu pulalah maka ANSI/AISC 341-02 (Seismic Provisions for Structural Steel Buildings - 2002) , code ttg bangunan baja tahan gempa yang dikeluarkan sebelum code 2005, menyatakan dengan tegas bahwa perencanaan baja tahan gempa harus memakai LRFD code.

Sedangkan untuk perencanaan struktur yang didesain terhadap pembebanan tetap (beban gravitasi) maka LRFD dan ASD lama menghasilkan struktur yang mempunyai keamanan dan kekakuan yang sama. Jika ada bedanya itu disebabkan oleh load faktor yang memang berbeda. Tapi, itu tidak terlalu signifikan jika dijadikan faktor pembeda, dan menurut saya tidaklah bijak jika berbicara faktor ekonomis atau tidaknya berkaitan dengan adanya perbedaan tersebut.

from : http://wiryanto.blogdetik.com/2008/02/12/asd-atau-lrfd/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar