Sabtu, 08 Januari 2011

The Art of Structural Engineering

Prof Jorg Schlaich adalah salah satu profesor di bidang teknik struktur yang berani secara lugas mengetengahkan bahwa ada seni atau art di bidang teknik struktur tersebut. Bahwa dengan memahami secara benar dan dapat menjiwainya maka dari ilmu teknik sipil khususnya ilmu analisis struktur dapat diwujudkan keindahan dari suatu struktur yang diciptakannya.

Hal tersebut sejalan dengan prof Firtz Leonhardt, guru besar di Uni Stuttgart sebelumnya yang akhirnya diteruskan oleh prof. Schlaich.

Dari ke dua Profesor tersebut ditemukan karya-karya yang secara jelas menunjukkan bahwa ada art atau seni dibidang struktur yang direncanakannya. Padahal mereka-mereka jelas-jelas adalah profesor di bidang structural engineering dan bukan arsitektur.

Tentu saja, ini hal yang baru bagi teman-teman structural engineer di Indonesia, saya yakin itu, karena selama puluhan tahun kerja profesional di konsultan sebagai structural engineer, juga sebagai dosen, seakan-akan kita (structural engineer) hanya bisa menghasilkan sesuatu ditinjau dari sisi kekuatan (strength) dan kekakuan (stiffness) nya saja, kita tidak pernah meninjau sisi keindahan dari struktur karya kita. Pantaslah kalau begitu banyak dari teman-teman kita, karyanya tidak ‘kelihatan’, karena hanya seni atau art yang mudah dipahami oleh orang awam. Itulah yang menjawab bahwa seakan-akan kerja arsitek lebih jelas dibanding orang sipil (bagi orang awam).


Kita harus mendobrak, bahwa kita (structural engineer) tidak kalah juga dengan arsitek. Apalagi sekarang diketahui bahwa pendidikan arsitek telah menghilangkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan peninjauan tentang strength atau stiffnes dari suatu bangunan. Catatan : ini pengalaman dari satu jurusan arsitek di Jakarta yang penulis ketahui.

Langkah pertama adalah menguasai dengan benar ilmu-ilmu analisa struktur baik cara manual maupun berbasis komputer. Meskipun menguasai dengan benar, tetapi dalam pikiran, kita harus menganggap bahwa ilmu analisa struktur itu bukan segala-galanya / bukan tujuan, tetapi hanya sebatas sebagai tool atau alat untuk mengekplore perilaku struktur, sehingga struktur yang akan direncanakan dapat kita kendalikan sedemikian rupa sehingga sisi art dapat ditonjolkan.

Langkah kedua, jangan terjebak pada analisis makro aja, yang besar-besar saja, tetapi juga paham pada analisis mikro, yaitu kemampuan mendesain detail dari struktur-struktur tersebut. Sehingga bilamana perlu, struktur tidak perlu ditutup-tutupi tapi dapat diekspose.


from : http://wiryanto.blogdetik.com/2007/05/23/the-art-of-structural-engineering/#comment-2440

1 komentar:

  1. hahaha,,, memank iya, teknik sipil tu kadang terabaikan, tapi sebenarnya begitu penting, tak ada arsitek,, proyek masih jalan walau jelek,, tapi klo sebaliknya??, saya bukan mau ngejelekin yg satu dengan yg lain,, ibratt biologi,,22 nya dah beda species sama ordo dan matematikanya ibarat variabel x dan y gak bisa di operasikan(dibandingkan),kimianya ibarat unsur sama kolom alkali dan beda e-valensi hingga susah jadi senyawa,fisika ibarat gelombang longtudinal dan transversal, heheh kepanjangan... oiya,,saya juga anak sipil, berkunjung juga ke blog saya http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/

    BalasHapus